-->

22 May 2021

Nyai Hj. Umroh Mahfudzoh - Pendiri IPPNU


Nyai Hj. Umroh Mahfudzoh, Srikandi IPPNU



        Dilahirkan 4 Februari 1936 di kota Gresik, Jawa Timur, Umroh mengawali pendidikan dasar di kota kelahirannya. Sempat berhenti sekolah hingga tahun 1946 karena clash II, Umroh melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah NU di Boto Putih, Surabaya. Dilahirkan dari pasangan K.H. Wahib Wahab dan Hj. Siti Channah, Umroh tumbuh dan dewasa di lingkungan NU. Sebagai cucu pendiri NU, K.H. Abdul Wahab Chasbullah, masa kecil Umroh banyak dilalui di lingkungan pesantren, khususnya pada masa liburan yang banyak dihabiskan di Tambak Beras, Jombang, tempat kelahiran ayahnya. 

        Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, sejak kecil Umroh dididik untuk bisa hidup mandiri. Hasrat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah sekaligus mewujudkan impian merantaunya terpenuhi ketika diterima sebagai siswa SGA Surakarta. Ketika partai-partai politik meluaskan sayapnya pada pertengahan 50-an, Umroh mulai menerjunkan diri sebagai Seksi Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) -organisasi pelajar afiliasi partai Masyumi- ranting SGA Surakarta. Namun, sejak berdirinya NU sebagai partai politik sendiri tahun 1952, Umroh mulai berkenalan dengan organisasi-organisasi di lingkungan NU.

        Sembari mengajar di Perguruan Tinggi Islam Cokro, Surakarta, Umroh yang nyantri di tempat Nyai Masyhud mulai menerjunkan diri sebagai wakil ketua Fatayat NU cabang Surakarta. Semangat Umroh yang menyala-nyala membawa pada kesadaran akan perlunya sebuah organisasi pelajar yang khusus menghimpun putra-putri NU. 

        Berdirinya IPNU yang khusus menghimpun pelajar-pelajar putra pada awal tahun 1954 membuat keinginan Umroh untuk membuat organisasi serupa khusus untuk para pelajar putri semakin menggebu-gebu. Gagasannya dituangkan lewat diskusi intensif dengan para pelajar putri NU di Muallimat NU dan SGA Surakarta yang sama-sama nyantri di tempat Nyai Masyhud. Kegigihan Umroh memperjuangkan pendirian IPNU-Putri (kelak berubah menjadi IPPNU) membawanya duduk sebagai Ketua Dewan Harian (DH) IPPNU. DH IPPNU adalah organ yang bertindak sebagai inkubator pendirian sekaligus pelaksana harian organisasi IPPNU.

        Aktivitas di IPPNU yang tidak begitu lama diisi dengan sosialisasi dan pembentukan cabang-cabang IPPNU, khususnya di Jawa. Umroh juga tampil sebagai juru kampanye partai NU pada pemilu 1955. Tidak genap setahun menjabat Ketua Dewan Harian, Umroh meninggalkan Surakarta untuk menikah dengan M. Tolchah Mansoer, Ketua Umum PP IPNU pertama. Meskipun menetap di Yogyakarta, Umroh tidak pernah melepaskan perhatiannya terhadap organisasi yang ikut dia lahirkan. Kedudukan Dewan Penasehat PP IPPNU yang dipegang hingga saat ini, membuatnya tidak pernah absen dalam setiap perhelatan nasional yang diselenggarakan IPPNU. Riwayat organisasi Umroh berlanjut pada tahun 1962 sebagai seksi Sosial PW Muslimat NU DIY.

        Kedudukan ini mengantarkan Umroh sebagai Ketua I Badan Musyawarah Wanita Islam Yogyakarta hingga tahun 1987. Kesibukan keluarga tidak mengendurkan hasratnya untuk melanjutkan ke Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pendidikan strata-1 diselesaikan dalam waktu enam tahun sambil aktif sebagai Wakil Ketua Pengurus Poliklinik PW Muslimat NU DIY. Sementara itu, perhatian di bidang sosial disalurkan dengan menjabat sebagai Ketua Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang membidangi kegiatan-kegiatan di bidang peningkatan kesejahteraan sosial di wilayah Yogyakarta.
 
       Jabatan Ketua PW Muslimat NU DIY diemban selama dua periode berturut-turut sejak tahun 1975. Kesibukan ini tidak menghalangi aktivitas sebagai Seksi Pendidikan PERSAHI (Pendidikan Wanita Persatuan Sarjana Hukum Indonesia) dan Gabungan Organisasi Wanita wilayah Yogyakarta. Naluri politik yang tersimpan selama belasan tahun ternyata tidak bisa dipendam Umroh begitu saja. Aktivitas sebagai bendahara DPW PPP mengantarkannya terpilih sebagai anggota DPRD DIY periode 1982-1987. Karir politiknya terus meningkat dari Wakil Ketua menjadi Pjs. Ketua DPW PPP DIY. Jabatan terakhir ini membawa Umroh ke Jakarta sebagai anggota DPR RI dari FPP selama dua periode. 

        Umroh pernah menjabat sebagai Ketua Wanita Persatuan Pusat, organisasi wanita yang bernaung di bawah PPP. Sebagai anggota dewan, Umroh tercatat beberapa kali mengadakan kegiatan internasional diantaranya muhibah ke India, Hongaria, Perancis, Belanda, dan Jerman. 

        Domisili di Jakarta memudahkan Umroh melanjutkan aktivitas ke-NU-an sebagai Ketua Departemen Organisasi PP Muslimat NU, berlanjut sebagai Ketua III sampai sekarang. Sempat menikmati pensiun pasca pemilu 1997, Partai Kebangkitan Bangsa yang didirikan oleh Pengurus Besar NU mendorong Umroh terjun kembali ke dunia polittik sebagai salah satu ketua. Umroh yang berdomisili di Kompleks Kolombo 21, Yogyakarta, saat ini tercatat sebagai anggota DPR RI hasil pemilu 1999 dari Fraksi Kebangkitan Bangsa.




sejarah berdirinya :

        Bermula dari perbincangan ringan yang dilakukan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Dalam keputusan ini di kalangan NU, Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU di Malang Jawa Timur, selanjutnya disepakati dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di kongres Malang di namakan IPNU putri.

        Dalam suasana kongres ternyata keberadaan IPNU putri nampaknya masih diperdebatkan dengan secara alot. Semula direncanakan secara administratif hanya menjadi departemen di dalam tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres, peserta putri yang hanya diwakili lima daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang, dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan dua jajaran di pengurus teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yaitu PB Ma’arif (saat itu dipimpin Bpk. KH. Syukri Ghozali) dan ketua PP Muslimat NU (Mahmudah Mawardi). Maka dari pembicaraan selama beberapa hari telah membuat keputusan sebagai berikut:
    1. Tanggal 28 Februari – 5 Maret
    2. Pembentukan Organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif                   terpisah dengan IPNU
    3. Tanggal 2 maret 1995M/8 Rajab 1374 H dideklarasi8kan sebagai hari kelahiran IPNU             putri
    4. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan pembentukan cabang                selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu UMROH MAHFUDHOH dan sekretarisnya            bernama SYAMSIYAH MUTHOLIB.
    5. PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah.
    6. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB            Ma’arif NU, kemudian PB Ma’arif NU menyetujui dengan merubah nama IPNU putri                menjadi IPPNU(Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama)

PERJALANAN IPPNU DARI MASA KE MASA

        Sejalan dengan adanya pelaksanaan konggres dari beberapa zaman ( Kemerdekaan, Orla, orba, Era reformasi) tentu mengalami berbagai peristiwa yang sangat menonjol dalam suatu keputusan kongres, dan dalam perjalanan IPNU dari masa ke masa antara lain :
    1. Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta
    2. Tanggal 1-4 Januari 1957 pada muktamar IPNU di Pekalongan IPPNU ikut serta. Acara            itu diisi olahraga dan juga menghasilkan lambang IPNU-IPPNU
    3. Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan Konbes I di Yogyakarta, membicarakan tentang                keorganisasian, kemahasiswaan, Pendidikan Islam serta bahasa Arab
    4. Tahun 1964 dilaksanakan Konbes III bersama IPNU di Pekalongan, dengan                            menghasilkan :
        a. Doktrin Pekalongan
        b. Mengusulkan agar KH. Hasyim Asy’ari sebagai pahlawan
    5. Tanggal 30 Agustus 1966 dalam konggres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon pada         PBNU untuk menerimanya sebagai badan otonom
    6. Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung, resmilah IPPNU dimasukkan dalam                    PD/PRT NU sebagai badan otonom sampai sekarang
    7. Pada perkembangan berikutnya nampak pemerintah juga tidak ingin mengambil resiko            membiarkan dunia akademik terkontaminasi dengan unsur politik manapun, sehingga            diberlakukan UU No. 8 tahun 1985 tentang keormasan khusus untuk organisasi ekstra            pelajar adalah OSIS, selama itu IPPNU mengalami stagnasi pengkaderan dan PP                    didominasi oleh para aktivis yang usianya sudah melebihi batas. Maka pada konggres IX         IPPNU di jombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas            organisasi dan IPPNU yang kepanjanganya IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL                ULAMA telah berubah menjadi IKATAN PUTRI-PUTRI NAHDLATUL ULAMA.
    8. Bulan Oktober 1990 pada Konbes IPPNU di lampung, menghasdilkan citra diri dan                memantapkan PPOA IPPNU.
    9. Pada konggres X IPPNU tahun 1991 di ponpes AL WAHDAH lasem jawa tengah, telah            menguatkan independensi IPPNU dan IPNU yang merupakan organisasi terpisah.
  10. Tanggal 10-14 juli 1996 di pesantren Al Musyaddidah garut Jabar mengadakan konggres         XI IPPNU, yang menekankan usia kepemudaan di tubuh IPNU supaya sejajar dengan            organisasi pemuda yang lain.
  11. Konbes bulan september 1998 di Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang samgat                menonjol di era reformasi yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB yang tidak         menggumakan nama NU
  12. Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan konggres XII IPPNU di Makassar Ujung                    Pandang, telah mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikanke basis kepelajaran         dan wacana Gender.
  13. Tanggal 18 –23 Juni 2003 kongres XIII IPPNU di asrama haji sukolilo Surabaya                        mengembalikan IPPNU kepada Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama

HUBUNGAN IPNU – IPPNU DAN ORMAS LAIN :

        Kaitan IPNU – IPPNU dan NU, bahwa IPNU & IPPNU secara organisatoris merupakan badan otonom NU yang resmi tercantum pada Anggaran Rumah Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil mukatamar NU lirboyo jawa timur yang mana bahwa IPNU & IPPNU mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan badan otonom yang lain.

        Hubungan IPNU dengan IPPNU, bahwa IPNU merupakan mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPNU & IPPNU dengan ormas lain , bahwa IPNU & IPPNU mempunyai kedudukan yang sejajar dengan ormas yang lain yang tergabung dalam satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda (KNPI).

        Di dunia pewayangan, dikenal seorang wanita tangguh yang bernama Srikandi. Bersama sang suami, Arjuna, keduanya berjuang bersama membela panji Pandawa. Sosok Srikandi itu, rasanya patut kita sematkan pada diri Umroh Machfudzoh, ketua Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) yang pertama.

        Jalan cerita Umroh bersama sang suami, KH Tolchah Mansoer, sekilas mirip kisah Arjuna-Srikandi. Hanya saja pada waktu itu, keduanya bukan membela panji Pandawa, melainkan panji pelajar putera-puteri NU (IPNU-IPPNU). Di organisasi itulah mereka bertemu, berjuang bersama, dan akhirnya meneruskan menuju ke jenjang pelaminan.

        Umroh Lahir di Gresik 4 Februari 1936 M dari pasangan KH Wahib Wahab (Menteri Agama ke 7 yaitu  1958 - 1962) dan Hj Siti Channah. Beliau adalah cucu dari KH Abdul Wahab Hasbullah (pendiri NU dan Rais Aam PBNU 1946 - 1971). Sebagai cucu pendiri NU, masa kecil Umroh banyak dilalui di lingkungan pesantren, khususnya pada masa liburan yang banyak dihabiskan di Tambak Beras, Jombang, tempat kelahiran ayahnya.

        Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, sejak kecil Umroh dididik untuk bisa hidup mandiri. Umroh mengawali pendidikan dasar di kota kelahirannya. Sempat berhenti sekolah hingga tahun 1946 karena clash II, Umroh kemudian melanjutkan ke MI NU di Boto Putih, Surabaya. Hasrat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah sekaligus mewujudkan impian merantaunya terpenuhi ketika diterima sebagai siswa SGA (Sekolah Guru Agama) Surakarta.

        Ketika partai-partai politik meluaskan sayapnya pada pertengahan 50-an, Umroh mulai menerjunkan diri sebagai Seksi Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) -organisasi pelajar afiliasi partai Masyumi- ranting SGA Surakarta. Namun, sejak berdirinya NU sebagai partai politik sendiri tahun 1952, Umroh mulai berkenalan dengan organisasi-organisasi di lingkungan NU.

        Sembari mengajar di Perguruan Tinggi Islam Cokro, Surakarta, Umroh yang nyantri di tempat Nyai Masyhud (Keprabon Solo) mulai menerjunkan diri sebagai wakil ketua Fatayat NU Cabang Surakarta. Semangat Umroh yang menyala-nyala membawa pada kesadaran akan perlunya sebuah organisasi pelajar yang khusus menghimpun putra-putri NU.

Membidani Lahirnya IPPNU

        Di mata kader IPPNU saat ini, Umroh merupakan sosok wanita inspiratif . “Beliau adalah inspirator bagi kami. Beliau adalah kebanggan kami,” kata Margaret Aliyatul, ketua IPPNU periode lalu kepada NU Online, saat wafatnya Umroh tahun 2009 lalu.

“Ini adalah hal yang luar biasa karena kondisi pada saat itu pasti lebih sulit dibandingkan saat ini, dan beliau bisa merealisasikan pendirian organisasi pelajar puteri dan kemudian berkembang menjadi organisasi nasional. Beliau adalah perintis dan kami tinggal melanjutkan saja,” lanjutnya.

        Berdirinya IPNU yang khusus menghimpun pelajar-pelajar putra pada awal tahun 1954, memang tak lepas dari perjuangan Umroh dan kawan-kawan untuk membuat organisasi serupa khusus untuk para pelajar putri. Gagasannya dituangkan lewat diskusi intensif dengan para pelajar putri NU di Muallimat NU dan SGA Surakarta yang sama-sama nyantri di tempat Nyai Masyhud. Kegigihan Umroh memperjuangkan pendirian IPNU-Putri (kelak berubah menjadi IPPNU) membawanya duduk sebagai Ketua Dewan Harian (DH) IPPNU. DH IPPNU adalah organ yang bertindak sebagai inkubator pendirian sekaligus pelaksana harian organisasi IPPNU.

        Aktivitas di IPPNU yang tidak begitu lama diisi dengan sosialisasi dan pembentukan cabang-cabang IPPNU, khususnya di Jawa. Umroh juga tampil sebagai juru kampanye partai NU pada pemilu 1955. Tidak genap setahun menjabat Ketua Dewan Harian, Umroh meninggalkan Surakarta untuk menikah dengan M. Tolchah Mansoer, Ketua Umum PP IPNU pertama.

        Meskipun menetap di Yogyakarta, Umroh tidak pernah melepaskan perhatiannya terhadap organisasi yang ikut dia lahirkan. Kedudukan Dewan Penasehat PP IPPNU yang dipegang hingga saat ini, membuatnya tidak pernah absen dalam setiap perhelatan nasional yang diselenggarakan IPPNU.

        Riwayat organisasi Umroh berlanjut pada tahun 1962 sebagai seksi Sosial PW Muslimat NU DIY. Kedudukan ini mengantarkan Umroh sebagai Ketua I Badan Musyawarah Wanita Islam Yogyakarta hingga tahun 1987.

        Kesibukan keluarga tidak mengendurkan hasratnya untuk melanjutkan ke Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pendidikan S-1 diselesaikan dalam waktu enam tahun sembari aktif sebagai Wakil Ketua Pengurus Poliklinik PW Muslimat NU DIY. Sementara itu, perhatian di bidang sosial disalurkan dengan menjabat sebagai Ketua Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang membidangi kegiatan-kegiatan di bidang peningkatan kesejahteraan sosial di wilayah Yogyakarta.

Berjuang Lewat Parpol

        Jabatan Ketua PW Muslimat NU DIY diemban selama dua periode berturut-turut sejak tahun 1975. Kesibukan ini tidak menghalangi aktivitas sebagai Seksi Pendidikan Persahi (Pendidikan Wanita Persatuan Sarjana Hukum Indonesia) dan Gabungan Organisasi Wanita wilayah Yogyakarta. Naluri politik yang tersimpan selama belasan tahun ternyata tidak bisa dipendam Umroh begitu saja. Aktivitas sebagai bendahara DPW PPP mengantarkannya terpilih sebagai anggota DPRD DIY periode 1982-1987.

        Karir politiknya terus meningkat dari Wakil Ketua menjadi Pjs. Ketua DPW PPP DIY. Jabatan terakhir ini membawa Umroh ke Jakarta sebagai anggota DPR RI dari FPP selama dua periode. Umroh pernah menjabat sebagai Ketua Wanita Persatuan Pusat, organisasi wanita yang bernaung di bawah PPP. Sebagai anggota dewan, Umroh tercatat beberapa kali mengadakan kegiatan internasional diantaranya muhibah ke India, Hongaria, Perancis, Belanda, dan Jerman.

        Domisili di Jakarta memudahkan Umroh melanjutkan aktivitas ke-NU-an sebagai Ketua Departemen Organisasi PP Muslimat NU, berlanjut sebagai Ketua III sampai sekarang. Sempat menikmati pensiun pasca pemilu 1997, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan oleh Pengurus Besar NU mendorong Umroh terjun kembali ke dunia politik sebagai salah satu anggota DPR RI hasil pemilu 1999.

        Sesepuh pendiri Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Hj Umroh Machfudzoh meninggal dunia pada Jumat (6/11/2009) pagi sekitar pukul 06.45 WIB di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Almarhumah meninggal pada usia 73 tahun dan dimakamkan sekitar pukul 15.30 WIB di pemakaman dekat kediaman Komplek Pondok Pesantren Sunni Darussalam, Tempelsari, Manguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.


Sumber bantuan: http://ipnuippnu-online.blogspot.com/2016/04/hj-nyai-umroh-mahfudzoh-srikandi.html


02 May 2021

Pembentukan Tim Media Informasi MWC NU Bansari

 

Pembentukan Tim Media Informasi MWC NU Bansari

        Pesatnya perkembangan Teknologi Informasi menuntut kita untuk selalu update dengan kondisi saat ini, khususnya pada zaman menuju era revolusi industry 4.0. Peningkatan media informasi sangat dibutuhkan untuk mempercepat dan mengefektifkan penyebaran informasi kepada publik.

    Peningkatan media informasi bukan hanya dibutuhkan oleh kepentingan pribadi, namun hal kepentingan bersama juga membutuhkan sebuah peran dalam penyebaran informasinya. Begitu juga dengan sebuah organisasi, peran dari adanya media informasi mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam syiar organisasi atau pengenalan organisasi yang dibungkus dengan informasi dari kegiatan-kegiatan yang terlaksana.

        Maka dari itu, dalam rangka menambah esensi dan eksistensi dalam berorganisasi. Dari pengurus MWC NU Bansari mengadakan pembentukan tim media informasi MWC NU Bansari, kegiatan ini berlangsung pada 31 Maret 2021 bertempat di Gedung MWC NU Bansari. Adapun ketua terpilih yang mendapat kepercayaan untuk mengelola dan memantau jalannya media informasi MWC NU Bansari adalah Bapak Erwin Hardiyanto, semoga kepengurusan tim media infromasi dapat menjalankan amanah organisasi sebaik mungkin untuk terwujudnya organisasi yang dapat mengikuti perkembangan zaman.

        Tim media infromasi MWC NU Bansari ini beranggotakan semua Badan Otonom Nahdlatul Ulama mulai dari IPNU IPPNU, Gerakan Pemuda Ansor, fatayat, sampai dengan pengurus MWC NU Bansari. Semoga dengan terbentuknya tim media ini dapat menambah semangat berorganisasi pada semua kader Nahdlatul Ulama dan terciptanya kerjasama yang baik untuk Nahdlatul Ulama.


Struktur Team Media MWC NU Bansari

Penasihat    : MWC NU Bansari

Pembina      : Ahmad Yusron (Tambahrejo Bansari)

Ketua           : Erwin Hardiyanto (Losari Gentingsari)

Sekretaris    : Alif Agus Thoifur (Bumen Candisari)

Bendahara   : Rimatul Ulya (Tegalrukem Campuranom)

Kontributor  : 1. Afif Faturrahman (Mranggen Kidul)

                      2. Eni Sulistyowati (Banaran Bansari)

                      3. Binthoro (Tlogowero)

Bidang hardwhare dan sofwhare : Dafid Pratama (Kalensari Balesari)

Pendidikan  : 1. Yudha Ardian (Lengotono Candisari)

                      2. Safrizal Alwi Najib (Boresan II Balesari)

                      3. Daimatul Farichah (Banaran Bansari)

Media sosial:  1. Ricky Dwi Saputra (Putihan Campuranom)

                       2. Muchlisun (Boresan II Balesari)

                       3. Madl Haril Anwar (Tegalrukem Campuranom)

                       4. Khoirudin (Lengotono Candisari)

                       5. Wahyu Ari (Bumen Candisari)

                       6. Setiawan (Bansari)

                       7. Linda Oktaviani (Kalensari Balesari)

Desainer       : 1. Ikhuan Muhsinin (Boresan II Balesari)

                       2. Yogi Shuvario (Sorogaten Balesari)

 

08 April 2021

LDNU Nduwe Gawe

 





Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama

Menjelang bulan Ramadhan, di wilayah kami sering mengadakan kegiatan pengajian maupun khataman akhirusanah untuk menutup kegiatan majlisan pada akhir tahun menurut tahun hijriah. Kegiatan khataman biasanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kenikmatan maupun rahmat Allah yang sudah menyertai kehidupan kita.

Pada 7 April 2021, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Ranting Bansari telah melaksanakan kegiatan pengajian dan khataman bersama jamaah yasin ibu ibu se- Desa Bansari. Alhamdulillah, kegiatan khataman ini mendapat tanggapan yang baik di jamaah yasin. Hal ini dapat dibuktikan dengan kehadiran jamaah lebih dari 1000 orang jamaah yasin yang dengan semangat menyemarakkan kegiatan khataman.

Kegiatan ini dapat berjalan sukses karena memang diantara jamaah ibu-ibu yasin dengan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama sudah terjalin kerjasama yang baik diantara keduanya. Maka dari itu, program ini akan berjalan sesuai target dengan dukungan keduanya. Kegiatan seperti ini dapat menjadi sebuah sarana untuk menjaga hubungan persaudaraan atau silaturahim antar jamaah se-Desa Bansari.

Kegiatan positif seperti ini rencananya akan dijadikan sebagai program tahunan Lembaga Nahdlatul Ulama (LDNU) Ranting Bansari, melihat semangat para jamaah menjadikan semangat tersendiri bagi para pengurus LDNU Ranting Bansari untuk tetap menjalin kerjasama dengan jamaah.

Pengajian ini dihadiri oleh jajaran Pemerintahan Desa Bansari, Tanfidiyah MWC NU Bansari, Suriyah MWC NU Bansari, jajaran kepengurusan Ansor Ranting Bansari, ibu Muslimat, Fatayat, serta IPNU IPPNU Ranting Bansari juga memeriahkan kegiatan khataman yang dilaksanakan oleh Pengurus NU Ranting Bansari.



Pada kesempatan sambutan dari LDNU yang diwakilkan oleh Bapak Fathul Manan berisi ucapan terimakasih kepada jamaah yasin ibu-ibu se -Desa Bansari, dan ucapan minta maaf apabila selama kegiatan dakwah mingguan bersama jamaah yasin dari pihak LDNU melakukan kesalahan dalam hal apapun. Besar harapan dari pengurus LDNU Ranting Bansari semoga untuk kedepannya dapat menjalankan program kerjasama dengan lebih baik. Dan untuk program Bulan Ramadhan, dari pengurus LDNU Ranting Bansari juga sudah mempersiapkan program kuliah subuh atau pun setelah sholat tarawih, semoga program ini dapat berjalan dengan lancar pada Bulan Ramadhan besok. Aamin.

Kegiatan khataman ini terdapat pengajian yang dibawakan oleh Bapak Kyai Nur Amin dari Desa Bulan, Kecamatan Selopampang. Beliau juga termasuk salah satu instruktur Kader Penggerak Nahdlatul Ulama yang berasal dari Kabupaten Temanggung.

Harapan pengurus LDNU setelah kegiatan ini adalah terciptanya kerjasama dan kesadaran khususnya bagi kalangan ibu-ibu dalam bidang keagamaan khususnya dalam organisasi Nahdlatul Ulama ini. Karena sebaik-baik organisasi adalah organisasi yang dapat membawa keberkahan dunia dan akhirat bagi para kadernya.

06 April 2021

Lambang BANSER dan Artinya

 


Lambang BANSER


Kepanjangan dari BANSER adalah Barisan Ansor Serbaguna, arti dari lambang tersebut adalah:

  1. Kalimat Ya Ilaahi, melambangkan bahwa setiap gerak dan perjuangan BANSER dijiwai dengan ketaqwaan serta mengikuti segala perintah Allah SWT.
  2. Logo Gerakan Pemuda Ansor, melambangkan kesatupaduan langkah BANSER yang tidak bisa dilepaskan dari organisasi induknya yakni GP Ansor.
  3. Gambar Burung Ababil, melambangkan kekuatan umat Islam yang menjunjung tinggi upaya kesejahteraan dan kemakmuran manusia.
  4. Gambar Pita, melambangkan keteguhan BANSER dalam membela, dan mendorong setiap perjuangan      menegakkan kebenaran dan keadilan.
  5. Tulisan Nahnu Ansharullah melambangkan sikap BANSER yang saling tolong menolong kepada sesama manusia sebagai hamba Allah SWT.
  6. Warna merah (sebagai dasar logo) melambangkan keteguhan dalam melaksanakan aqidah dan semangat pantang mundur dalam membela keadilan dan kebenaran.
  7. Warna kuning, melambangkan ketulusan, keikhlasan dan kesucian perjuangan.
  8. Warna hijau segitiga, melambangkan keimanan, keadilan dan kemakmuran.
  9. Warna hitam segitiga, melambangkan kesatuan dan persatuan yang kokoh dan kuat.
  10. Segi lima, melambangkan rukun Islam lima dan Pancasila sebagai dasar negara.
  11. Pisau Komando, melambangkan bahwa setiap anggota BANSER siap setiap saat melaksanakan tugas organisasi.

#artilambangbanser
#lambangbanser
#logobanser
#maknalogobanser

Lambang IPNU-IPPNU dan Artinya

 


Lambang Resmi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)


Berikut adalah makna logo ipnu :

1. Warna Dasar Hijau, Kuning dan Putih

Warna dasar Hijau pada lambang IPNU memiliki makna subur.

Warna kuning melambangkan hikmah yang sangat tinggi dan Putih melambangkan kesucian. 

Warna kuning diantara putih melambangkan Hikmah dan cita-cita yang tinggi.

2. Berbentuk Bulat

Lambang organisasi IPNU berbentuk bulat memiliki makna sendiri, yaitu bermakna kontinuitas/ terus-menerus dan Istiqomah.

3. Tiga Titik Diantara Tulisan IPNU

Tiga titik diantara kata Ibnu bermakna Iman, Islam dan Ihsan

4. 6 Strip Pengapit Tulisan IPNU

Sedangkan 6 strip yang mengapit huruf  IPNU memiliki arti atau bermakna rukun iman

5. Bintang

Bintang pada lambang IPNU memiliki arti ketinggian cita-cita

6. Sembilan Bintang

Sedangkan 9 (Sembilan) bintang pada lambang IPNU melambangkan :

  • 1 (satu) bintang paling besar di tengah  adalah Nabi Muhammad SAW. 
  • 4 (empat) bintang di kanan dan kiri melambangkan Khulafaur Rasyidin yaitu Abu Bakar Siddiq, Umar Bin bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib.
  • 4 (empat) bintang di bawahnya bermakna madzhab empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali.

7. Dua Kitab

Dua  kitab pada lambang IPNU melambangkan Alquran dan hadits.

8. Dua Bulu

Dua Bulu bersilang pada lambang IPNU bermakna perpaduan antara ilmu umum dan ilmu agama, sedangkan sudut bintang lima bermakna rukun Islam.





Lambang Resmi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPPNU)


Makna Lambang IPPNU:


1. Warna Dasar Hijau, Putih dan Kuning

Warna dasar hijau pada lambang IPPNU bermakna  kebenaran, kesuburan dan dinamis

Warna  dan Putih pada lambang IPPNU bermakna kesucian,  kejernihan dan kebersihan

Warna kuning pada lambang IPPNU bermakna hikmah yang tinggi/ kejayaan

2. Bentuk Segitiga

Bentuk segitiga pada lambang IPPNU memiliki arti Iman, Islam dan Ihsan. Sedangkan dua buah garis tepi mengapit warna kuning bermakna dua kalimat syahadat.

3. Sembilan Bintang

9 (sembilan ) bintang melambangkan keluarga dari NU. Pertama bintang yang paling besar di tengah adalah Nabi Muhammad SAW. Kedua : Empat bintang di kanan melambangkan Khulafaur Rasyidin yaitu Abu Bakar Siddiq. Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan khalifah terakhir yaitu Ali Bin Abi Thalib. Ketiga : 4 bintang di kiri melambangkan mazhab empat yaitu Hanafi Maliki Syafi'i dan Hambali.

4. Dua Kitab

2 (dua) buah kitab pada lambang IPPNU memiliki arti Alquran dan hadis. Sedangkan dua bulu bersilang pada lambang IPPNU bermakna aktif menulis dan membaca untuk menambah wacana berpikir

5. Bunga Melati

2 (dua) bunga Melati pada IPPNU melambangkan perempuan yang dengan kebersihan pikiran dan kesucian hatinya memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umum dan agama. Dan yang terakhir lima titik pada lambang IPPNU bermakna rukun Islam.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel