-->

08 June 2022

MWC NU Bansari Gelar Peringatan Harlah Nahdlatul Ulama ke-96




Hari Minggu (27/2/2022) MWC NU Bansari menggelar serangkaian acara yang terfokus untuk memperingati Harlah Nahdlatul Ulama ke-96 di Lapangan Taman Budaya Desa Tanurejo Kecamatan Bansari. Diawali dengan Apel Akbar yang diikuti oleh seluruh kader di NU mulai dari Pengurus NU, Muslimat NU, Fatayat NU, GP Ansor, Banser, IPNU, IPPNU, serta juga lembaga-lembaga NU se-Bansari. 

Apel ini juga di hadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Temanggung selaku mewakili Bupati Kabupaten Temanggung dan juga dihadiri oleh Muspika Kecamatan Bansari. Melalui sambutan Bupati yang dibacakan oleh Bapak Agus Sujarwo, beliau menyampaikan bahwa khidmat adalah kata kunci NU berdiri dan pergerakannya selama ini.

"Para kyai membentuk NU bertujuan untuk berkhidmat kepada agama dan tanah air. Pertama, khidmat untuk agama, NU memang lahir dari para pemuka agama yang nahdoh atau bangkit dengan tujuan untuk melestarikan Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah di Indonesia dan dunia. Kedua, khidmat untuk tanah air, ini berarti NU dengan sekuat tenaga akan menjaga keutuhan negara dan memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya, sungguh suatu tujuan yang mulia dan itu sudah ditunjukkan dalam sejarah." Ucapnya.

Selelah apel selesai, kegiatan selanjutnya dimeriagkan oleh Kirab 1000 santri yang mencakupi santri seluruh TPQ Se-Bansari. Beriring-iringan kurang lebih 100 mobil memadati jalan di jalan wilayah Bansari. 



Pada puncak acara diadakan juga MWC NU Bansari Bersholawat dan pembacaan Maulid Simtudduror dihadiri oleh Al-Habib Muhammad Arifin Ba'abud dengan diiringi oleh Hadrah Al-Banimuro Temanggung.

06 December 2021

LPBI NU MWC Bansari Terjun Evakuasi Bencana Angin Ribut di Kecamatan Parakan


Media Informasi MWC NU Bansari

Kamis, 2 Desember 2021 LPBI NU MWC Bansari terjun ke Parakan saat setelah terjadinya angin ribut di suatu daerah Kecamatan Parakan. berikut kejadian yang di peroleh dari BPBD Kabupaten Temanggung:


Kepada Yth.

1.Kepala Pelaksana BPBD Kab.Temanggung


Update Informasi kejadian angin ribut pada hari ini Kamis 2 Desember 2021 pukul 19.00 wib. 


A.Waktu Kejadian :  

Kamis 2 Desember 2021

Pukul 16.00 Wib


B. Lokasi 

1. Ling. Panjangsari Lama Kelurahan Parakan Wetan Kec. Parakan

2. Dusun Mulyosari Desa Wanutengah Kec. Parakan


C.Pelapor :

Sekcam Parakan


D.Kronologi :

Angin kencang yang berhembus dari arah utara menuju selatan di wilayah Kec. Parakan mengakibatkan beberapa 

wilayah di Kec. Parakan Mengalami dampak kerusakan di : 


1. Ling. Panjangsari lama  Kelurahan Parakan wetan Kec. Parakan. 


Rt 04 Rw 07

1. Bapak antonius ( 40 th )

1 kk 4 jiwa.

Kerusakan atap dan tembok roboh bagian atas.

Kerugian : 4 juta 


2. Bapak iswari ( 65 th)

1 kk 4 jiwa

Kerusakan pada genting

Kerugian 4 juta


3.Ibu Sukariem (95 th)

2 kk 6 jiwa 

Kerugian 3 juta.


4.parkiran / tempat pertemuan warga 

Kerugian 1 juta


Rt 02 Rw 07

1. Bapak agung ( 54 th)

2 kk 2 jiwa Kerusakan pada genting dan sudah diperbaiki

Kerugian rp 400 rb


- Masjid Al Mujahidin

Panjangsari lama

Kerusakan pada atap parkir

Kerugian 1 juta


- Gereja Kristen Indonesia 

Panjangsari lama 

rusak ringan Bagian atap


2. Desa Wanutengah Kec. Parakan


Dusun Mulyosari Rt01/Rw03 


1. Bapak edi ( 50 tahun)

1 kk jiwa

Rusak gending rusak ringan

Karugian 1 juta


2.pak untoro ( 40 tahun)

1 kk 5 jiwa

Rusak ringan

Kerugian  1 juta


3. Bapak rohani ( 50 th)

1 kk 4 jiwa

Rusak atap rumah 

Rusak parah

Kerugian 7 juta


4. Bapak kardi ( 51 th)

Toko mobil

Rusak ringan

Rusak pada kanopi


Dusun Mulyosari Rt3 Rw3


1. Ibu Sabariyah 2kk 4jiwa atap rumah rusak ringan Kerugian Rp700.000


2. Ibu wiwik sumariyah 2kk 4jiwa atap rumah rusak ringan Kerugian 1.000.000


3. Bp Wadiyono 2kk 6jiwa atap rumah rusak ringan  kerugian Rp. 800.000


4. Bp Slamet Riyadi 1kk 4jiwa rusak ringan  atap rumah Rp. 500.000


5. Bank Surya Yuda

Rusak ringan Bagian atap parkiran kendaraan


E. Kerugian

Kerugian total 

Rp.17.300.000


F. Korban Jiwa

- Nihil


G.Upaya yang di lakukan :

1. Asesment/pendataan

2. Melakukan koordinasi dengan Kecamatan, Kelurahan Parakan Wetan, Perangkat Desa Wanutengah


H.Kebutuhan mendesak

- Logistik Kerja Bakti

-  Perbaikan Kerusakan Rumah terdampak Angij Ribut


I. Mengungsi / Tidak

-   Nihil


J. Unsur Terlibat

1. BPBD Kabupaten Temanggung

2. Kecamatan Parakan

3. PMI Temanggung

4. MDMC Temanggung

5. Baguna

6. Bagana

7. Pramuka Peduli

8. Banser

9. LPBI NU

10. Garda Rescue

11. Perangkat Desa Wanuttengah

12. Masyarakat Desa Wanutengah

13. Masyarakat Kel. Parakan Wetan

14. ORARI Temanggung

15. TAGANA Temanggung


J. Petugas TRC

1. Yani Alifi

2. Heri Kuswanto

3. Bayu S

4. Iman Triyogo


K. Operator Data Informasi

1. Khotibul Umam


Demikian Laporan POSKO BPBD Kabupaten Temanggung.

Salam Tangguh dan Salam Kemanusiaan


POSKO BPBD Kabupaten Temanggung

Jl.S.Kadar Maron No.21 Sidorejo Temanggung 56221

• Email : bpbd@temanggungkab.go.id

• Instagram : bpbd_kabtemanggung

• Facebook  : Bpbd Kab Temanggung

• Twitter       : BPBD_TEMANGGUNG

• Whatsapp : 085161944911

• Youtube    : Bpbd  Temanggung

• Website    : http://bpbd.temanggungkab.go.id

Freq  VHF : Output : 149.110 MHz  Duplek : -940 MHz

Media Informasi MWC NU Bansari



-----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------- 

Kunjungi Sosial Media MWC NU Bansari


Email

lazisnumwcbansari@gmail.com 


Facebook

Nahdlatul Ulama Mwc Bansari

https://www.facebook.com/nucarelazisnu.mwcbansari.3 


Instagram

mwcnu.bansari

https://instagram.com/mwcnu.bansari 

ipnuippnupacbansari

https://instagram.com/ipnuippnupacbansari 


Web

Media MWC NU Bansari

https://mediformwcnubansari.blogspot.com/?m=1 


Youtube 

Media MWC NU Bansari

https://youtube.com/channel/UCOpIJ_MBv5U4JdimmrR2j1w 



02 June 2021

Kyai Haji Tolchah Mansoer - Pendiri IPNU

 

Prof. Dr. Kyai Haji Tolchah Mansoer - Pendiri IPNU

Prof. Dr. KH. Moch Tolchah Mansoer, beliau adalah seorang ulama sekaligus cendekiawan muslim yang berpengaruh. Beliau juga seorang guru besar ilmu keislaman dan hukum tata negara di berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta dan beberapa kota lain. Beliau juga menjadi salah satu dari tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang beberapa kali pernah menjabat sebagai dekan ataupun rektor di berbagai perguruan tinggi yang berbeda.

Seorang ulama yang berpandangan luas ini telah menjadi aktivis NU sejak usia remaja. Mengingat hal tersebut tidak mengherankan bila ulama yang satu ini dikenal dekat dengan generasi muda. Beliau tidak pernah lelah memberikan semangat dan dorongan kepada mereka. Mbah Tolchah merupakan tokoh istimewa dalam tubuh NU, selain mubaligh yang handal beliau sekaligus seorang yang produktif menulis buku-buku keagamaan, buku ilmu hukum, dan artikel di beberapa mediamassa. Beliau juga termasuk seorang birokrat di Yogyakarta yang pernah menduduki jabatan eksekutif maupun legislatif. Meskipun begitu, keulamaan dan kecendikiawanannya lebih menonjol dikalangan masyarakat daripada jabatan formal yang lain.

K.H Tholhah Mansur dilahirkan pada tanggal 10 September 1930 dikota Malang Jawa Timur, Putra dari K. H. Mansur, seorang ulama dan pedagang kecil di kota tersebut. Ayahnya yang berdarah Madura berkeinginan agar Muhammad Tholhah Mansur seperti kakaknya, Usman (Mayor K. H. Usman Mansur), kelak menjadi seorang ulama. Disela-selanya menuntut ilmu dijenjang pendidikan umum, ia giat mengaji. Proses pendidikan keduanya tidaklah lancar, tapi keduanya mampu dicapainya, walaupun memerlukan waktu lama. Beliau juga termasuk kutu buku dan gemar akan ilmu, sekaligus otodidak, bahkan beliau tak segan-segan menjual mobilnya untuk membeli kitab kuning dan buku.

Pendidikan pertama KH. Tolchah Mansur di peroleh di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama Jagalan Malang (1937-1945), kemudian melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah ditempat yang sama hingga kelas III. Di Madrasah yang didirikan oleh K. H. Nahrawi Thahir ini, Muhammad Tholhah Mansur diasuh oleh K.H. Muhammad Syukri Ghazali dan Kyai Murtaji Bisri.

Pada tahun 1947, pelajar usia 17 tahun ini menjadi sekretaris Sabilillah daerah pertempuran Malang Selatan, sehingga ia harus meninggalkan sekolahnya. Baru setelah perang kemerdekaan usai, ia meneruskan sekolah di Taman Madya Malang sampai lulus tahun 1951.

Setelah lulus Taman Dewasa, ia masuk Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik (HESP), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Kuliahnya tidak berjalan lancar, karena ia memang aktivis organisasi. Pada tahun 1953, Muhammad Tholhah Mansur berhenti kuliah untuk sementara waktu dan baru tahun 1959 ia kembali ke bangku kuliah. Semangat Mbah Tolchah untuk belajar tidak pernah surut, walaupun telah menikah beliau tetap kembali ke bangku kuliah untuk menyelesaikan studinya, hingga kemudian Ia mampu menyelesaikan jenjang sarjana dan menjadi Sarjana Hukum pada tahun 1964.

Meskipun waktu yang diperlukan oleh Mbah Tolchah untuk menempuh sarjana hukum memakan waktu 13 tahun. Namun, berkat kegemarannya membaca beliau mampu menyelesaikan gelar Doktor Ilmu Hukum ( Jurusan Hukum Tata Negara) dalam waktu relatif singkat. Yakni dalam waktu hanya lima tahun. Dengan Promotor Prof. Abdul Baffar Pringgodigdo, S.H, Muhammad Tholhah Mansur berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada dengan judul disertasi “Pembahasan Beberapa Aspek Tentang Kekuasaan-kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Negara Indonesia (17 Desember 1969)”. Disertasi ini kemudian diterbitkan menjadi buku oleh penerbit Radya Indria, Yogyakarta(1970).

Pendidikan ilmu-ilmu kesilaman didapatkannya dari guru-guru ngaji, khususnya K. H. Syukri Ghazali ketika ia belajar di Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Jagalan. Kebetulan rumah Muhammad Tholhah Mansur tidak jauh dari madrasah dan rumah mantan ketua umum Majelis Ulama Indonesia itu. Selesai sekolah ia langsung mengaji, demikian pula ketika ia membantu K. H. Syukri Ghazali mengajar di madrasah tersebut. Disamping itu ia mengaji posonan (bulan Ramadhan) ke beberapa pondok pesantren. Diantaranya, di Pondok Pesantren Tebuireng dan Pondok Pesantren Al-Hidayah, Soditan Lasem. dibawah asuhan K. H. Ma’shum. Karena ia memang santri yang cerdas dan otodidak, maka wajarlah bila K. H. Muhammad Tholhah Mansur akhirnya menjadi seorang ulama besar.

Pengabdian KH. M Tholhah Mansur pada Organisasi dan Masyarakat

Dalam kehidupan organisasi, K. H. Muhammad Tholhah Mansur telah menjadi aktivis organisasi sejak usia remaja, terutama dikalangan NU. Ketika masih duduk dibangkuTsanawiyah, Ia pernah menjadi Sekretaris Ikatan Murid Nahdlatul Ulama (IMNU) kota Malang(1945). Pada saat itu Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) belum lahir, baru pada sembilan tahun kemudian Mbah Tolchah menjadi salah satu penggagas berdirinya IPNU.

Pengalaman organasisi berikutnya yang diperoleh oleh Mbah Tolchah adalah saat beliau berpindah ke Yogyakarta. Saat itu Ia pernah menjabat sebagai menjadi wakil Departemen Penerangan Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) dan menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) wilayah Yogyakarta.

Meskipun pernah menduduki berbagai jabatan strategis dalam beberapa organisasi islam yang pernah ada saat itu, sebagai generasi muda NU yang militan ia mempunyai gagasan mendirikan organisasi Islam yang khusus mewadahi pelajar NU. Gagasan ini kemudian Ia sampaikan dan akhirnya pada Konferensi Lembaga Pendidikan Ma’arif NU di Semarang (22 Februari 1954) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) didirikan. Kemudian, berdasarkan konferensi tiga kota di Solo rekan Tholhah dipilih secara aklamasi terpilih sebagi ketua umumnya.

Setahun kemudian menyusul berdirinya Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) yang dipimpin oleh Ny Hj.Umroh Mahfudlah(1955). Jabatan ketua umum ini dipertahankannya dalam Muktamar I di Malang (1955), Muktamar II di Pekalongan (1957) dan Muktamar III di Cirebon (1958). Sampai sekarang kedua organisasi ini tetap hidup, walaupun pada tahun 1985 sesuai UU Nomor 8 Tahun 1985 yang melaranga danya organisasi pelajar selain OSIS, maka IPNU menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama dan IPPNU menjadi Ikatan Putri Putri Nahdlatul Ulama. Di era reformasi kondisi telah berbeda maka sejak tahun 2003 IPNU dan IPPNU kembali menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sebagimana semula sewaktu didirikan.

Perjuangan KH. Moch Tolchah Mansoer selanjutnya adalah sebagai ketua Pengurus Wilayah Partai NU Daerah Iistimewa Yogyakarta. Setelah terjadi fusi empat partai islam (NU, Parmusi, PSII dan Perti) menjadi Partai Persatuan Pembangunan (5 Januari 1973), beliau lebih banyak berperan aktif di Jamiyah Nahdlatul Ulama, disamping sebagai guru besar di beberapa perguruan tinggi dan mubaligh. Sebagai gantinya Dra. HJ. Umroh Mahfudloh (istrinya), tampil sebagai aktivis PPP, bahkan sampai menjadi ketua DPW PPP Daerah Istimewa Yogyakarta dan beberapa kali menjadi anggota DPRD I Yogyakarta dan DPD/MPR RI. Prof. Dr. K. H. Muhammad Tholhah Mansur, adalah salah seorang tokoh yang ikut membidani kembalinya ke Khittah 1926, dalam Muktamar NU ke 27 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukerejo, Asembagus Situbondo, yang diasuh oleh K. H. As’ad Syamsul Arifin. Dalam Muktamar tersebut , beliau terpilih sebagai salah seorang Rois Syuriah PBNU dibawah pimpinan Rois Aam K. H. Ahmad Shiddiq dan Wakil Rois Aam K. H. Rodli Sholeh.

Sesuai dengan aktivitasnya dalam organisasi, maka K. H. Muhammad Tholhah Mansur pernah beberapa kali memegang jabatan dalam pemerintahan terutama di Daerah IstimewaYogyakarta. Ia pernah terpilih menjadi anggota DPR mewakili NU (1958) dan tahun itu juga ia diangkat sebagai anggota Dewan Pemerintah Daerah (DPD), kemudain badan ini diubah namanya menjadi BPH (Badan Pemerintah Harian) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta(1958). BPH Merupakan lembaga eksekutif di daerah yang bertugas membantu kepala daerah.

Profesi Utama K. H. Muhammad Tholhah Mansur adalah sebagai pendidik sekaligus juru dakwah dan penulis. Sewaktu masih kuliah tingkat doktoral, beliau menjadi asisten dosen di IAIN Sunan Kalijaga (Sekarang UIN Sunan Kalijaga). Setelah lulus beliau masih tetap mengajar di IAIN, kemudian juga di beberapa perguruan tinggi lainnya seperti IKIP Yogyakarta (sekarang UNY), Akademi Militer di Magelang, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akademi Administrasi Negara, Universitas Hasyim Asy’ari Jombang, Universitas Nahdlatul Ulama Solo dan lain-lain. Guru Besar Hukum ini pernah memegang jabatan di beberapa perguruan tinggi , diantaranya Pembantu Rektor IAIN Sunan Kalijaga, kemudian Dekan Fakultas Ushuluddin, Direktur Akademi Administrasi Niaga Negeri di Yogyakarta (1965-1967), Rektor Universitas Hasyim Asy’ari (1970-1983) merangkap Rektor Institut Agama Islam Imam Puro, Purworejo (1975-1983) dan Dekan Fakultas Hukum Islam UNU (Universitas Nahdlatul Ulama) Surakarta. Dan juga pernah menjadi anggota badan Wakaf IAIN Sunan Kalijaga dan Badan Penyantun Taman Siswa Yogyakarta. Ulama sekaligus guru besar ini wafat pada hari senin 20 Oktober 1986 dan makamkan di kompleks makam Dongkelan Yogyakarta.



Diambil dari buku Ensiklopedi Ulama Nusantara karya H.M. Bibit Suprapto, S.H.,M.Sc.,M.Si (Ditulis ulang di NUsidoarjo.org)

 

Sumber:

https://ipnujateng.or.id/mengenal-tolchah-mansoer-pendiri-ipnu/

 

Pesan Kiai Tolchah Mansur untuk Seluruh Pelajar NU



Pengasuh Pesantren Sunni Darussalam yang merupakan putri ketiga dari pendiri IPNU-IPPNU, Hj Nisrin Ni’mah. Pesantren yang terletak di Dusun Tempelsari, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ini merupakan pesantren peninggalan sang ibu yang beliau kelola bersama sang suami, KH Ahmad Fattah. Dalam kesempatan tersebut Hj Nisrin Ni’mah menyampaikan 5 pesan mendiang sang ayah untuk seluruh pelajar Nahdlatul Ulama.

Pertama, tidak menyia-nyiakan waktu yang dimiliki. "Salah satu upaya kita yaitu dengan mengisinya dengan kegiatan bermanfaat, seperti mengaji, belajar, berolahraga, juga dengan mengikuti organisasi seperti IPNU dan IPPNU," ungkapnya.

Kedua, menuntut ilmu dengan seimbang baik ilmu umum maupun ilmu agama, di manapun, kapan pun, dan dengan siapapun. Karena kita juga telah mengetahui banyak sekali ketamaan-keutamaan dari orang yang berilmu, maka KH Tolhah Mansur juga menginginkan generasi penerusnya menjadi generasi yang ‘alim. 

Ketiga, terus jalin silaturahim karena itulah yang akan menguatkan di saat kita sulit. Dengan menjaga silaturahim, kita berharap untuk dimudahkan di setiap usaha, misalnya dengan menjenguk orang sakit. “Menjaga silaturahim dengan cara jika ada yang sakit ditengok, jika ada yang senang tetap kita support, ya. Dengan begitu silaturahim akan selalu terjalin,” ucap Hj Nisrin. 

Kemudian keempat, bermanfaat bagi orang lain. Jadilah orang bermanfaat bagi orang lain meski hanya lewat goresan tanda tangan. Khairunnas anfa’uhum li naas, jadi meskipun kecil, kita bisa memberi manfaat di lingkungan sekitar.  “IPNU-IPPNU programnya di lingkungan adik-adik tinggal, baik di Boyolali maupun Wonogiri dekat dengan masyarakat ya, jadi masyarakat itu akan banyak mendapatkan manfaat dari adik-adik IPNU-IPPNU. Jangan sampai jauh dari masyarakat,” imbuhnya.

Kemudian kelima, jangan pernah berputus asa. Dalam keadaan apapun, jangan pernah beputus asa atas apa yang telah kita usahakan. Jika merasa sulit atau kurang mampu dalam menghadapi rintangan, berdoalah, mohon pertolongan dari Allah.  "Selain itu, tetaplah berikhtiar untuk memaksimalkan upaya kita meraih apa yang kita impikan," tuturnya. Ia juga berpesan kepada anak muda NU untuk senantiasa menggaungkan semangat Belajar, Berjuang, Bertakwa yang menjadi trilogi IPNU dan IPPNU. (Nurma/Muiz)

Pesan ini disampaikan kepada Pelajar NU Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah berziarah ke makam pendiri organisasi IPNU-IPPNU.


Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/105009/pesan-kiai-tolchah-mansur-untuk-seluruh-pelajar-nu-

22 May 2021

Nyai Hj. Umroh Mahfudzoh - Pendiri IPPNU


Nyai Hj. Umroh Mahfudzoh, Srikandi IPPNU



        Dilahirkan 4 Februari 1936 di kota Gresik, Jawa Timur, Umroh mengawali pendidikan dasar di kota kelahirannya. Sempat berhenti sekolah hingga tahun 1946 karena clash II, Umroh melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah NU di Boto Putih, Surabaya. Dilahirkan dari pasangan K.H. Wahib Wahab dan Hj. Siti Channah, Umroh tumbuh dan dewasa di lingkungan NU. Sebagai cucu pendiri NU, K.H. Abdul Wahab Chasbullah, masa kecil Umroh banyak dilalui di lingkungan pesantren, khususnya pada masa liburan yang banyak dihabiskan di Tambak Beras, Jombang, tempat kelahiran ayahnya. 

        Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, sejak kecil Umroh dididik untuk bisa hidup mandiri. Hasrat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah sekaligus mewujudkan impian merantaunya terpenuhi ketika diterima sebagai siswa SGA Surakarta. Ketika partai-partai politik meluaskan sayapnya pada pertengahan 50-an, Umroh mulai menerjunkan diri sebagai Seksi Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) -organisasi pelajar afiliasi partai Masyumi- ranting SGA Surakarta. Namun, sejak berdirinya NU sebagai partai politik sendiri tahun 1952, Umroh mulai berkenalan dengan organisasi-organisasi di lingkungan NU.

        Sembari mengajar di Perguruan Tinggi Islam Cokro, Surakarta, Umroh yang nyantri di tempat Nyai Masyhud mulai menerjunkan diri sebagai wakil ketua Fatayat NU cabang Surakarta. Semangat Umroh yang menyala-nyala membawa pada kesadaran akan perlunya sebuah organisasi pelajar yang khusus menghimpun putra-putri NU. 

        Berdirinya IPNU yang khusus menghimpun pelajar-pelajar putra pada awal tahun 1954 membuat keinginan Umroh untuk membuat organisasi serupa khusus untuk para pelajar putri semakin menggebu-gebu. Gagasannya dituangkan lewat diskusi intensif dengan para pelajar putri NU di Muallimat NU dan SGA Surakarta yang sama-sama nyantri di tempat Nyai Masyhud. Kegigihan Umroh memperjuangkan pendirian IPNU-Putri (kelak berubah menjadi IPPNU) membawanya duduk sebagai Ketua Dewan Harian (DH) IPPNU. DH IPPNU adalah organ yang bertindak sebagai inkubator pendirian sekaligus pelaksana harian organisasi IPPNU.

        Aktivitas di IPPNU yang tidak begitu lama diisi dengan sosialisasi dan pembentukan cabang-cabang IPPNU, khususnya di Jawa. Umroh juga tampil sebagai juru kampanye partai NU pada pemilu 1955. Tidak genap setahun menjabat Ketua Dewan Harian, Umroh meninggalkan Surakarta untuk menikah dengan M. Tolchah Mansoer, Ketua Umum PP IPNU pertama. Meskipun menetap di Yogyakarta, Umroh tidak pernah melepaskan perhatiannya terhadap organisasi yang ikut dia lahirkan. Kedudukan Dewan Penasehat PP IPPNU yang dipegang hingga saat ini, membuatnya tidak pernah absen dalam setiap perhelatan nasional yang diselenggarakan IPPNU. Riwayat organisasi Umroh berlanjut pada tahun 1962 sebagai seksi Sosial PW Muslimat NU DIY.

        Kedudukan ini mengantarkan Umroh sebagai Ketua I Badan Musyawarah Wanita Islam Yogyakarta hingga tahun 1987. Kesibukan keluarga tidak mengendurkan hasratnya untuk melanjutkan ke Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pendidikan strata-1 diselesaikan dalam waktu enam tahun sambil aktif sebagai Wakil Ketua Pengurus Poliklinik PW Muslimat NU DIY. Sementara itu, perhatian di bidang sosial disalurkan dengan menjabat sebagai Ketua Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang membidangi kegiatan-kegiatan di bidang peningkatan kesejahteraan sosial di wilayah Yogyakarta.
 
       Jabatan Ketua PW Muslimat NU DIY diemban selama dua periode berturut-turut sejak tahun 1975. Kesibukan ini tidak menghalangi aktivitas sebagai Seksi Pendidikan PERSAHI (Pendidikan Wanita Persatuan Sarjana Hukum Indonesia) dan Gabungan Organisasi Wanita wilayah Yogyakarta. Naluri politik yang tersimpan selama belasan tahun ternyata tidak bisa dipendam Umroh begitu saja. Aktivitas sebagai bendahara DPW PPP mengantarkannya terpilih sebagai anggota DPRD DIY periode 1982-1987. Karir politiknya terus meningkat dari Wakil Ketua menjadi Pjs. Ketua DPW PPP DIY. Jabatan terakhir ini membawa Umroh ke Jakarta sebagai anggota DPR RI dari FPP selama dua periode. 

        Umroh pernah menjabat sebagai Ketua Wanita Persatuan Pusat, organisasi wanita yang bernaung di bawah PPP. Sebagai anggota dewan, Umroh tercatat beberapa kali mengadakan kegiatan internasional diantaranya muhibah ke India, Hongaria, Perancis, Belanda, dan Jerman. 

        Domisili di Jakarta memudahkan Umroh melanjutkan aktivitas ke-NU-an sebagai Ketua Departemen Organisasi PP Muslimat NU, berlanjut sebagai Ketua III sampai sekarang. Sempat menikmati pensiun pasca pemilu 1997, Partai Kebangkitan Bangsa yang didirikan oleh Pengurus Besar NU mendorong Umroh terjun kembali ke dunia polittik sebagai salah satu ketua. Umroh yang berdomisili di Kompleks Kolombo 21, Yogyakarta, saat ini tercatat sebagai anggota DPR RI hasil pemilu 1999 dari Fraksi Kebangkitan Bangsa.




sejarah berdirinya :

        Bermula dari perbincangan ringan yang dilakukan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat. Dalam keputusan ini di kalangan NU, Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU di Malang Jawa Timur, selanjutnya disepakati dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di kongres Malang di namakan IPNU putri.

        Dalam suasana kongres ternyata keberadaan IPNU putri nampaknya masih diperdebatkan dengan secara alot. Semula direncanakan secara administratif hanya menjadi departemen di dalam tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi dengan pengurus teras PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres, peserta putri yang hanya diwakili lima daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang, dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan dua jajaran di pengurus teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yaitu PB Ma’arif (saat itu dipimpin Bpk. KH. Syukri Ghozali) dan ketua PP Muslimat NU (Mahmudah Mawardi). Maka dari pembicaraan selama beberapa hari telah membuat keputusan sebagai berikut:
    1. Tanggal 28 Februari – 5 Maret
    2. Pembentukan Organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif                   terpisah dengan IPNU
    3. Tanggal 2 maret 1995M/8 Rajab 1374 H dideklarasi8kan sebagai hari kelahiran IPNU             putri
    4. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan pembentukan cabang                selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu UMROH MAHFUDHOH dan sekretarisnya            bernama SYAMSIYAH MUTHOLIB.
    5. PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah.
    6. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB            Ma’arif NU, kemudian PB Ma’arif NU menyetujui dengan merubah nama IPNU putri                menjadi IPPNU(Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama)

PERJALANAN IPPNU DARI MASA KE MASA

        Sejalan dengan adanya pelaksanaan konggres dari beberapa zaman ( Kemerdekaan, Orla, orba, Era reformasi) tentu mengalami berbagai peristiwa yang sangat menonjol dalam suatu keputusan kongres, dan dalam perjalanan IPNU dari masa ke masa antara lain :
    1. Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta
    2. Tanggal 1-4 Januari 1957 pada muktamar IPNU di Pekalongan IPPNU ikut serta. Acara            itu diisi olahraga dan juga menghasilkan lambang IPNU-IPPNU
    3. Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan Konbes I di Yogyakarta, membicarakan tentang                keorganisasian, kemahasiswaan, Pendidikan Islam serta bahasa Arab
    4. Tahun 1964 dilaksanakan Konbes III bersama IPNU di Pekalongan, dengan                            menghasilkan :
        a. Doktrin Pekalongan
        b. Mengusulkan agar KH. Hasyim Asy’ari sebagai pahlawan
    5. Tanggal 30 Agustus 1966 dalam konggres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon pada         PBNU untuk menerimanya sebagai badan otonom
    6. Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung, resmilah IPPNU dimasukkan dalam                    PD/PRT NU sebagai badan otonom sampai sekarang
    7. Pada perkembangan berikutnya nampak pemerintah juga tidak ingin mengambil resiko            membiarkan dunia akademik terkontaminasi dengan unsur politik manapun, sehingga            diberlakukan UU No. 8 tahun 1985 tentang keormasan khusus untuk organisasi ekstra            pelajar adalah OSIS, selama itu IPPNU mengalami stagnasi pengkaderan dan PP                    didominasi oleh para aktivis yang usianya sudah melebihi batas. Maka pada konggres IX         IPPNU di jombang tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas            organisasi dan IPPNU yang kepanjanganya IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL                ULAMA telah berubah menjadi IKATAN PUTRI-PUTRI NAHDLATUL ULAMA.
    8. Bulan Oktober 1990 pada Konbes IPPNU di lampung, menghasdilkan citra diri dan                memantapkan PPOA IPPNU.
    9. Pada konggres X IPPNU tahun 1991 di ponpes AL WAHDAH lasem jawa tengah, telah            menguatkan independensi IPPNU dan IPNU yang merupakan organisasi terpisah.
  10. Tanggal 10-14 juli 1996 di pesantren Al Musyaddidah garut Jabar mengadakan konggres         XI IPPNU, yang menekankan usia kepemudaan di tubuh IPNU supaya sejajar dengan            organisasi pemuda yang lain.
  11. Konbes bulan september 1998 di Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang samgat                menonjol di era reformasi yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB yang tidak         menggumakan nama NU
  12. Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan konggres XII IPPNU di Makassar Ujung                    Pandang, telah mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikanke basis kepelajaran         dan wacana Gender.
  13. Tanggal 18 –23 Juni 2003 kongres XIII IPPNU di asrama haji sukolilo Surabaya                        mengembalikan IPPNU kepada Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama

HUBUNGAN IPNU – IPPNU DAN ORMAS LAIN :

        Kaitan IPNU – IPPNU dan NU, bahwa IPNU & IPPNU secara organisatoris merupakan badan otonom NU yang resmi tercantum pada Anggaran Rumah Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil mukatamar NU lirboyo jawa timur yang mana bahwa IPNU & IPPNU mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan badan otonom yang lain.

        Hubungan IPNU dengan IPPNU, bahwa IPNU merupakan mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPNU & IPPNU dengan ormas lain , bahwa IPNU & IPPNU mempunyai kedudukan yang sejajar dengan ormas yang lain yang tergabung dalam satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda (KNPI).

        Di dunia pewayangan, dikenal seorang wanita tangguh yang bernama Srikandi. Bersama sang suami, Arjuna, keduanya berjuang bersama membela panji Pandawa. Sosok Srikandi itu, rasanya patut kita sematkan pada diri Umroh Machfudzoh, ketua Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) yang pertama.

        Jalan cerita Umroh bersama sang suami, KH Tolchah Mansoer, sekilas mirip kisah Arjuna-Srikandi. Hanya saja pada waktu itu, keduanya bukan membela panji Pandawa, melainkan panji pelajar putera-puteri NU (IPNU-IPPNU). Di organisasi itulah mereka bertemu, berjuang bersama, dan akhirnya meneruskan menuju ke jenjang pelaminan.

        Umroh Lahir di Gresik 4 Februari 1936 M dari pasangan KH Wahib Wahab (Menteri Agama ke 7 yaitu  1958 - 1962) dan Hj Siti Channah. Beliau adalah cucu dari KH Abdul Wahab Hasbullah (pendiri NU dan Rais Aam PBNU 1946 - 1971). Sebagai cucu pendiri NU, masa kecil Umroh banyak dilalui di lingkungan pesantren, khususnya pada masa liburan yang banyak dihabiskan di Tambak Beras, Jombang, tempat kelahiran ayahnya.

        Sebagai anak sulung dari lima bersaudara, sejak kecil Umroh dididik untuk bisa hidup mandiri. Umroh mengawali pendidikan dasar di kota kelahirannya. Sempat berhenti sekolah hingga tahun 1946 karena clash II, Umroh kemudian melanjutkan ke MI NU di Boto Putih, Surabaya. Hasrat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah sekaligus mewujudkan impian merantaunya terpenuhi ketika diterima sebagai siswa SGA (Sekolah Guru Agama) Surakarta.

        Ketika partai-partai politik meluaskan sayapnya pada pertengahan 50-an, Umroh mulai menerjunkan diri sebagai Seksi Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII) -organisasi pelajar afiliasi partai Masyumi- ranting SGA Surakarta. Namun, sejak berdirinya NU sebagai partai politik sendiri tahun 1952, Umroh mulai berkenalan dengan organisasi-organisasi di lingkungan NU.

        Sembari mengajar di Perguruan Tinggi Islam Cokro, Surakarta, Umroh yang nyantri di tempat Nyai Masyhud (Keprabon Solo) mulai menerjunkan diri sebagai wakil ketua Fatayat NU Cabang Surakarta. Semangat Umroh yang menyala-nyala membawa pada kesadaran akan perlunya sebuah organisasi pelajar yang khusus menghimpun putra-putri NU.

Membidani Lahirnya IPPNU

        Di mata kader IPPNU saat ini, Umroh merupakan sosok wanita inspiratif . “Beliau adalah inspirator bagi kami. Beliau adalah kebanggan kami,” kata Margaret Aliyatul, ketua IPPNU periode lalu kepada NU Online, saat wafatnya Umroh tahun 2009 lalu.

“Ini adalah hal yang luar biasa karena kondisi pada saat itu pasti lebih sulit dibandingkan saat ini, dan beliau bisa merealisasikan pendirian organisasi pelajar puteri dan kemudian berkembang menjadi organisasi nasional. Beliau adalah perintis dan kami tinggal melanjutkan saja,” lanjutnya.

        Berdirinya IPNU yang khusus menghimpun pelajar-pelajar putra pada awal tahun 1954, memang tak lepas dari perjuangan Umroh dan kawan-kawan untuk membuat organisasi serupa khusus untuk para pelajar putri. Gagasannya dituangkan lewat diskusi intensif dengan para pelajar putri NU di Muallimat NU dan SGA Surakarta yang sama-sama nyantri di tempat Nyai Masyhud. Kegigihan Umroh memperjuangkan pendirian IPNU-Putri (kelak berubah menjadi IPPNU) membawanya duduk sebagai Ketua Dewan Harian (DH) IPPNU. DH IPPNU adalah organ yang bertindak sebagai inkubator pendirian sekaligus pelaksana harian organisasi IPPNU.

        Aktivitas di IPPNU yang tidak begitu lama diisi dengan sosialisasi dan pembentukan cabang-cabang IPPNU, khususnya di Jawa. Umroh juga tampil sebagai juru kampanye partai NU pada pemilu 1955. Tidak genap setahun menjabat Ketua Dewan Harian, Umroh meninggalkan Surakarta untuk menikah dengan M. Tolchah Mansoer, Ketua Umum PP IPNU pertama.

        Meskipun menetap di Yogyakarta, Umroh tidak pernah melepaskan perhatiannya terhadap organisasi yang ikut dia lahirkan. Kedudukan Dewan Penasehat PP IPPNU yang dipegang hingga saat ini, membuatnya tidak pernah absen dalam setiap perhelatan nasional yang diselenggarakan IPPNU.

        Riwayat organisasi Umroh berlanjut pada tahun 1962 sebagai seksi Sosial PW Muslimat NU DIY. Kedudukan ini mengantarkan Umroh sebagai Ketua I Badan Musyawarah Wanita Islam Yogyakarta hingga tahun 1987.

        Kesibukan keluarga tidak mengendurkan hasratnya untuk melanjutkan ke Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pendidikan S-1 diselesaikan dalam waktu enam tahun sembari aktif sebagai Wakil Ketua Pengurus Poliklinik PW Muslimat NU DIY. Sementara itu, perhatian di bidang sosial disalurkan dengan menjabat sebagai Ketua Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang membidangi kegiatan-kegiatan di bidang peningkatan kesejahteraan sosial di wilayah Yogyakarta.

Berjuang Lewat Parpol

        Jabatan Ketua PW Muslimat NU DIY diemban selama dua periode berturut-turut sejak tahun 1975. Kesibukan ini tidak menghalangi aktivitas sebagai Seksi Pendidikan Persahi (Pendidikan Wanita Persatuan Sarjana Hukum Indonesia) dan Gabungan Organisasi Wanita wilayah Yogyakarta. Naluri politik yang tersimpan selama belasan tahun ternyata tidak bisa dipendam Umroh begitu saja. Aktivitas sebagai bendahara DPW PPP mengantarkannya terpilih sebagai anggota DPRD DIY periode 1982-1987.

        Karir politiknya terus meningkat dari Wakil Ketua menjadi Pjs. Ketua DPW PPP DIY. Jabatan terakhir ini membawa Umroh ke Jakarta sebagai anggota DPR RI dari FPP selama dua periode. Umroh pernah menjabat sebagai Ketua Wanita Persatuan Pusat, organisasi wanita yang bernaung di bawah PPP. Sebagai anggota dewan, Umroh tercatat beberapa kali mengadakan kegiatan internasional diantaranya muhibah ke India, Hongaria, Perancis, Belanda, dan Jerman.

        Domisili di Jakarta memudahkan Umroh melanjutkan aktivitas ke-NU-an sebagai Ketua Departemen Organisasi PP Muslimat NU, berlanjut sebagai Ketua III sampai sekarang. Sempat menikmati pensiun pasca pemilu 1997, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan oleh Pengurus Besar NU mendorong Umroh terjun kembali ke dunia politik sebagai salah satu anggota DPR RI hasil pemilu 1999.

        Sesepuh pendiri Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Hj Umroh Machfudzoh meninggal dunia pada Jumat (6/11/2009) pagi sekitar pukul 06.45 WIB di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Almarhumah meninggal pada usia 73 tahun dan dimakamkan sekitar pukul 15.30 WIB di pemakaman dekat kediaman Komplek Pondok Pesantren Sunni Darussalam, Tempelsari, Manguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.


Sumber bantuan: http://ipnuippnu-online.blogspot.com/2016/04/hj-nyai-umroh-mahfudzoh-srikandi.html


02 May 2021

Pembentukan Tim Media Informasi MWC NU Bansari

 

Pembentukan Tim Media Informasi MWC NU Bansari

        Pesatnya perkembangan Teknologi Informasi menuntut kita untuk selalu update dengan kondisi saat ini, khususnya pada zaman menuju era revolusi industry 4.0. Peningkatan media informasi sangat dibutuhkan untuk mempercepat dan mengefektifkan penyebaran informasi kepada publik.

    Peningkatan media informasi bukan hanya dibutuhkan oleh kepentingan pribadi, namun hal kepentingan bersama juga membutuhkan sebuah peran dalam penyebaran informasinya. Begitu juga dengan sebuah organisasi, peran dari adanya media informasi mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam syiar organisasi atau pengenalan organisasi yang dibungkus dengan informasi dari kegiatan-kegiatan yang terlaksana.

        Maka dari itu, dalam rangka menambah esensi dan eksistensi dalam berorganisasi. Dari pengurus MWC NU Bansari mengadakan pembentukan tim media informasi MWC NU Bansari, kegiatan ini berlangsung pada 31 Maret 2021 bertempat di Gedung MWC NU Bansari. Adapun ketua terpilih yang mendapat kepercayaan untuk mengelola dan memantau jalannya media informasi MWC NU Bansari adalah Bapak Erwin Hardiyanto, semoga kepengurusan tim media infromasi dapat menjalankan amanah organisasi sebaik mungkin untuk terwujudnya organisasi yang dapat mengikuti perkembangan zaman.

        Tim media infromasi MWC NU Bansari ini beranggotakan semua Badan Otonom Nahdlatul Ulama mulai dari IPNU IPPNU, Gerakan Pemuda Ansor, fatayat, sampai dengan pengurus MWC NU Bansari. Semoga dengan terbentuknya tim media ini dapat menambah semangat berorganisasi pada semua kader Nahdlatul Ulama dan terciptanya kerjasama yang baik untuk Nahdlatul Ulama.


Struktur Team Media MWC NU Bansari

Penasihat    : MWC NU Bansari

Pembina      : Ahmad Yusron (Tambahrejo Bansari)

Ketua           : Erwin Hardiyanto (Losari Gentingsari)

Sekretaris    : Alif Agus Thoifur (Bumen Candisari)

Bendahara   : Rimatul Ulya (Tegalrukem Campuranom)

Kontributor  : 1. Afif Faturrahman (Mranggen Kidul)

                      2. Eni Sulistyowati (Banaran Bansari)

                      3. Binthoro (Tlogowero)

Bidang hardwhare dan sofwhare : Dafid Pratama (Kalensari Balesari)

Pendidikan  : 1. Yudha Ardian (Lengotono Candisari)

                      2. Safrizal Alwi Najib (Boresan II Balesari)

                      3. Daimatul Farichah (Banaran Bansari)

Media sosial:  1. Ricky Dwi Saputra (Putihan Campuranom)

                       2. Muchlisun (Boresan II Balesari)

                       3. Madl Haril Anwar (Tegalrukem Campuranom)

                       4. Khoirudin (Lengotono Candisari)

                       5. Wahyu Ari (Bumen Candisari)

                       6. Setiawan (Bansari)

                       7. Linda Oktaviani (Kalensari Balesari)

Desainer       : 1. Ikhuan Muhsinin (Boresan II Balesari)

                       2. Yogi Shuvario (Sorogaten Balesari)

 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel